Rabu, 12 Agustus 2015

Merintis Kemandirian Melalui Ayam KUB

Salah satu kunci sukses beternak ayam KUB adalah tersedianya bibit dan pakan secara mandiri, tidak tergantung pada pasokan luar.

Suara riuh terdengar dari pekarangan belakang rumah Fahrudin. Tidak kurang dari 332 ekor ayam KUB (Kampung Unggul Badan Litbang Pertanian) ia pelihara secara lepas di areal seluas 600 m2. Postur tubuhnya pun di atas rata-rata ayam kampung biasanya, gagah, sehat, padat, dan berisi.


Awalnya peternak ayam kampung dari Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang ini rutin memelihara ayam kampung biasa, namun selalu gagal karena terserang penyakit. Beruntung, pada Juni 2012, Fahrudin mendapat bantuan ayam KUB dari Balai Penelitian Peternakan (Balitnak), Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian sebanyak 335 ekor induk ayam umur 3 bulan.


“Dulu ketika saya memelihara ayam kampung biasa, setiap masuk musim hujan pasti banyak yang mati, termasuk ayam-ayam milik tetangga. Namun alhamdulillah, sejak saya memelihara ayam KUB tidak ada satupun yang mati karena sakit,” kata Fahrudin saat ditemui Majalah Sains Indonesia di peternakannya, baru-baru ini.

Minimnya angka kematian ia buktikan sendiri. “Tingkat kematian sangat kecil atau kurang dari 1 persen. Dari 335 ekor parent stock yang saya pelihara sejak usia 3 bulan, hanya 3 ekor saja yang mati. Itupun bukan karena penyakit melainkan karena kecelakaan seperti terjepit,” jelas ketua Kelompok Tani Inti Tani Desa Pabuaran ini.


Menurut Fahrudin, selain tahan terhadap penyakit, produktivitas telur ayam KUB juga cukup tinggi yaitu 50 persen.  “Ayam KUB baru mulai bertelur di usia 6 bulan, karena itu telur yang dihasilkan memang belum sesuai keinginan atau masih kecil-kecil. Memasuki usia 7 bulan, telur sudah bagus dan besar-besar,” kata Fahrudin.

Dikutip dari Majalah Sains Indonesia yang beberapa waktu lalu berkunjung ke Peternakan Inti Tani Banten.
Artikel selengkapnya bisa dibaca disini.